Solo Travelling di Ayutthaya (1)

23:30

Hari ke-7 saya di Thailand saya rencanakan untuk mengunjungi Ayutthaya yang setahu saya waktu itu heritage city-nya Thailand karena dulunya sempat menjadi ibukota kerajaan. Namun ketika hari ke-5 saya di Thailand atau hari pertama saya solo travelling saya bertemu dengan Sophie, salah satu roomate saya, traveller cantik dari Perancis. Dari Sophie saya tahu tentang Sukothai yang ternyata lebih tua dari Ayutthaya.

Dari wikipedia saya mendapatkan informasi bahwa Kerajaan Ayutthaya atau Phra Nakhon Si Ayutthaya merupakan kerajaan bangsa Thai yang berdiri pada kurun waktu 1351 sampai 1767 M. Nama Ayyuthaya diambil dari Ayodhya, nama kerajaan yang dipimpin oleh Sri Rama, tokoh dalam Ramayana. Pada tahun 1350 Raja Ramathibodi I (Uthong) mendirikan Ayyuthaya sebagai ibu kota kerajaannya dan mengalahkan dinasti Kerajaan Sukhothai, yaitu 640 km ke arah utara, pada tahun 1376.  

Sebenarnya acara jalan-jalan ke Ayutthaya bisa saja sih nggak usah solo, tapi karena kendala bahasa, maksudnya saya masih merasa cupu buat mingle sama cewek-cewek Eropa yang sekamar dengan saya, jadi saya sengaja nggak cerita kalau mau ke sana pagi, soalnya teman saya juga katanya belum pasti mau berangkat di hari yang sama, jadi ketika saya sudah siap pun mereka belum bangun, hihi. Ah pokoknya saya merasa kurang sopan kalau nggak ngobrol dan rumpi-rumpi pas bareng mereka, sementara saya malas mikir tiap mau ngomong, iya minder bahasa. Akhirnya di malam harinya kami bercerita tentang pengalaman jalan-jalan di Ayutthaya dengan cara dan moda transportasi masing-masing.

Untuk mencapai Kota Ayutthaya kita bisa naik kereta api, saya memilih moda transportasi ini. Dari MRT Sala Daeng di dekat Silom, area hostel saya, bisa naik MRT menuju stasiun Hua Lamphong. Pilih pintu keluar yang ke Hua Lamphong Railway Station, ini Gambirnya Bangkok nih. Peronnya ada belasan, atau mungkin dua puluh lebih ya (zzt nggak valid nih pokoknya info dari saya), sempat bingung nyari peron, berasa kaya Harry Potter nyari peron 4,5 atau berapa itu ya, mohon koreksi ya penggemar HP kalau saya salah. Tapi seperti biasa dengan modal nanya pakai bahasa Inggris campur bahasa isyarat akhirnya ketemu. Tarif Bangkok-Ayutthaya cuma 20 Baht saja. Banyak sekali pilihan kereta ke Ayutthaya, pilih yang rapid biar cepat. Sekitar satu jam saya menikmati duduk di kereta yang relatif longgar, sesekali memperhatikan tingkah remaja Thai yang mungkin akan piknik, sepertinya kala itu masa libur sekolah atau mungkin diliburkan karena saat itu sedang ada demo Bangkok Shutdown.

Sesampai di stasiun saya ke toilet dulu, sama kayak di Indonesia, ada yang jaga di toilet dan kita musti bayar, antara 2-3 baht biasanya. Saya beli jambu dulu untuk mengisi energi kalau nanti barangkali kecapekan genjot sepeda, haha. Jambunya seger banget lho. Selama travelling di Thai saya jajannya buah terus, enak banget terutama mangganya, ngiler deh kalo nginget rasa mannganya, slurp. 

Sewa sepeda cuma 40 Baht saja. Syaratnya cuma fotokopi passport, mereka yang fotokopiin di sana dan nanti fotokopiannya dikasih ke kita lagi kalau udah balikin sepeda, jadi nggak usah berburuk sangka data kita bakal diapa-apain, hehe. Kita bahkan dikasih peta dan penjelasan lokasi-lokasi candi yang bisa dikunjungi. Meski begitu, mendingan googling dulu aja kalau waktu kunjungannya terbatas, jadi bisa diprioritaskan mau mengunjungi yang mana aja, jadi lebih fokus dan efisien nyusun rutenya.

Dengan sok tahunya saya sembrono mau ke candi yang paling deket yang sebenarnya nggak saya planning mau dikunjungi, hasilnya saya nyasar dua kali bolak balik di jalan gede banget gitu, sampe gempor dan capek padahal belum menghasilkan satu pun kunjungan. Akhirnya saya menyerah dan memilih mengunjungi candi lain yang lebih terkenal. Karena salah jalan dari awal, saya nyoba ikutin peta ke area yang candi-candinya banyak dan berdekatan. Waktu buka peta di pinggir jalan gede setelah menuruni flyover malah ada mobil warga lokal yang berenti dan nanya jalan, hihi keluarkan senjata "dichan put pasa thai mai dai" sambil senyum sopan ala film thai. 

Dengan semangat 45 saya melanjutkan mengayuh sepeda dengan penuh semanga. Belum sampai-sampai juga, akhirnya saya kelelahan dan berhenti di sevel makan mie instan, diliatin remaja-remaja sekitar umur belasan gitu deh, yanasib ketemu gerombolan anak-anak sekolahan yang lagi libur melulu, cuek aja saya makan dan minum susu di depan sevel. Mungkin mereka merasa aneh karena saya berjilbab, sendirian dan naik sepeda pulak jadi mereka sempat teralihkan dunianya dan ngliatin saya, yah wajahku mengalihkan dunia mereka~~~. Sevel di Ayutthaya nggak didesain buat nongkrong kayak di sini jadi nggak ada kursinya. Saya duduk sok asik di boncengan sepeda mini sewaan dengan tenang sambil makan. Sewaktu bayar di kasir saya sempet nanya dulu posisi saya di peta yang saya dapat dari penyewaan sepeda, alhamdulillah udah deket banget sama candi yang emang saya tuju, yang ada Kepala Buddha di dalam pohon. The information like a snow on the sahara for me. Legaaa...

1. Wat Phra Si Sanphet
Mmm anuuu, waktu saya travelling bekal saya cuma iphone aja dan semua poto pake iphone, sementara waktu bulan Maret akhir iphone saya rusak layarnya dan data belum di backup, huaaaa nangis kan, iya nangis ga keluar air mata, kesel banget, padahal ambience foto di Ayutthaya itu serasa di jaman dulu banget. Makanya foto dalam post kali ini bakalan ada yang saya ambil dari google dengan mencantumkan sumbernya, ditambah foto hasil jepretan saya sendiri yang sudah terunggah di instagram jadi masih ada.

Wat Phra Si Sanphet ini sering disebut the ruined temple, bisa dibilang yang paling megah dan luas, di dalamnya ada bekas Grand Palace alias kerajaan ketika masa kejayaan Ayuthhaya. Tempatnya panas banget, tapi ada beberapa pohon yang teduh. Di bagian yang bekas Grand Palace kebanyakan sudah ancur. Namun ada bagian lain yang masih utuh dan bagus, yaitu candi-candi yang warnanya putih. Di luar Wat Phra Si Sanphet ada danau yang sejuk banget, kayak oase di tengah tanah yang gersang. Mungkin karena saya sendirian, saya enjoy banget dan mengamati detil apa yang ada di sini, banyak yang tak disangka-sangka bisa dinikmati keindahannya.

Terkesima sambil selfie sana sini, ada bapak-bapak bule yang nawarin mau dipotoin apa nggak, lagi-lagi kejawaan saya keluar dengan refleks "no, thankyou sir" padahal kan mau, huu sok malu-malu, nyesel kan. Nggak terasa thawaf di Wat Phra Si Sanphet telah usai, saya mau ke tempat lain lalu alhamdulillah ingat belum ketemu budha dalam pohon. Ternyata beda komplek, ada di sebelah Wat Phra Si Sanphet persis. 
sumber
sumber
sumber
2. Wat Maha That/ Monastery Of The Great Relic
Ini komplek candi paling fenomenal dengan kepala Buddha yang secara ajaib ada di dalam akar-akar pepohonan. Wat Maha That merupakan tempat paling sakral dan penting dibanding candi lainnya karena merupakan pusat keagaaman kerajaan di masanya, apalagi lokasinya sangat dekat dengan Grand Palace. Rupanya arsitektur Wat Maha That mengikuti Khmer Style, karena udah ke Kamboja duluan sebelum ke sini, jadinya lumayan bisa bandingin sendiri kesamaannya. Tentu saja pembangunannya dengan berdasar makna tertentu pada setiap arah dan sudutnya. Wat Phra Si Sanphet dan Maha That dikelilingi kanal disekelilingnya,sama seperti di Komplek Candi Muaro Jambi.
sumber
sumber
Entah karena saya dikira orang lokal atau karena saya nggak ambil headset untuk tour sejarah Wat Phra Si Sanphet dan Maha That, saya nggak bayar apa-apa selama mengelilingi kedua komplek candi tersebut.
Karena ternyata sudah cukup panjang, saya bagi aja jadi dua part ya, see yaa ^^

You Might Also Like

0 komentar

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar.
Love, Nia :)

Like us on Facebook

Instagram